Kamis, 09 Oktober 2008

Buruk Rupa Tapi Banyak Makna

"Gara....Gara....." Itulah salah satu episode yang muncul pada waktu penayangan wayang kulit. Dalam gara-gara muncul tokoh-tokoh pewayangan yang biasanya dinantikan para pemirsa. Cerita-cerita dan tokoh wayang perlu kita ingat kembali. Mengapa? karena dalam cerita pewayangan tersebut ada unsur pendidikan budi pekerti, biasanya budi pekerti yang jahat akan kalah dengan kebaikan. Misalkan kisah tentang Baratayuda. Mari kita coba mengenal tokoh pewayangan dalam episode gara-gara. Tokoh-tokoh punakawan walaupun buruk rupa namun tersirat banyak makna yang dijelaskan pada budi pekertinya.
Tokoh punakawan itu adalah : Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Keempat punakawan itu adalah lambang dari konsep : cipta, rasa, karsa, dan karya.

Semar adalah lambang karsa atau kemauan yang agung, yang baik, dan segala hal yang luhur. Semar berasal dari bahasa Arab yang berarti simaar artinya paku. Maksudnya, kebenaran yang didukung oleh Semar sifatnya kuat dan kokoh seperti paku. Semar merupakan lambang ibadt. Dalam wawasan kosmologi Jawa Semar memang menggambarkan pengendalian nafsu kebaikan dan kebajikan. Sedangkan pengendalian hawa nafsu keangkaramurkaan adalah Togog. Manusia yang dapat mengendalikan diri terhadap nafsu kebaikan dan keangkaramurkaan akan bertindak wicaksana (bijaksana) dalam hidupnya.

Gareng melambangkan cipta ( akal ) manusia. Gareng berasal dari bahasa Arab naala qariin (Nala Gareng) yang artinya memperoleh banyak kawan. Mata Gareng yang kero (juling) mengisaratkan bahwa ia sedang berfikir, dan orang yang banyak berpikir. Tangannya yang bengkok-bengkok menunjukkan nalar yang berliku-luku, tida polos pada satu sasaran saja, melainkan penuh pertimbangan. Kakinya yang gejig, sehingga dalam berjalan pincang menunjukkan sikap kehati-hatian. Ini menggambarkan bahwa kawruh (pengetahuan) perlu disusun berdasarkan dalil-dalil atau aksioma yang penuh kehati-hatian dan kecermatan. Gareng juga bernama Nala Gareng yang biasanya oleh dalang diartikan "hati yang kering", bukankah dunia ilmu, dunia penalaran itu kering. Nama lain lagi adalah Pancalpamor (menolak sesuatu yang serba gelap).

Petruk adalah lambang dari rasa. Ia paling banyak menghibur terhadap bendara. Petruk berasal dari bahasa Arab Fatruk artinya tinggalkanlah segala sesuatu yang bukan dari Allah. Berbagai ibadah jika tidak disertai tindakan meninggalkan larangan Tuhan tentu akan sia-sia. Petruk juga bernama KAntong Bolong. Artinya, kantong yang selalu kosong. Hal ini berarti bahwa Petruk merupakan lambang dari budi pekerti yang sepi ing pamrih.

Bagong adalah lambang dari karya. Ia bayangan dari karsa. Bagong dari bahasa Arab baghaa yang artinya memberontak terhadap sesuatu yang Dzalim. Tokoh ini menggambarkan watak anti perbuatan yang tidak baik, yang tidak terpuji.

Dengan demikian punakawan Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong merupakan lambang budi pekerti agar manusia menjalani ibdah dengan sebaik-baiknya dengan meninggalkan larangan Tuhan. Keempat tokoh tersebut selalu muncul dalam episode gara-gara yang artinya gar+a (pagar+agama). Hanya dengan pagar agama (ibadah) manusa akan menjadi lebih baik.